“Apakah aku akan sukses? Ataukah aku akan gagal?”, “benarkah apa yang aku lakukan ini?”, “bagaimana ya masa depan ku nanti?”, “Kapan ya aku bisa seperti dia?”, “Bisakah aku bersaing dengan orang-orang ini nanti?”.
Pertanyaan-pertanyaan seperti di atas merupakan
pertanyaan yang umum dan sering kita tanyakan pada diri sendiri, mungkin setiap
orang mempunyai pertanyaannya sendiri-sendiri. Namun, beberapa hal biasanya
terkait akan rasa penasaran kita tentang bagaimanakah kehidupan kita akan berjalan.
Pada akhirnya, kekhawatiran biasanya menaungi pikiran kita. Beberapa dari kita
bahkan merasa khawatir ketika melihat teman, saudara, serta saingan kita yang
melangkah dengan jauh meninggalkan kita. Padahal sebelumnya mereka ada di jalan
dan tingkatan yang sama dengan kita.
Seiring berjalan waktu, melihat kenyataan hidup
yang ada, beberapa diantara kita mungkin akan meratapi dan bertanya-tanya
“mengapa hal ini terjadi kepada ku?”. Ya, secara psikologi, manusia memang
lumrah bertanya kepada dirinya sendiri ya, hal ini merupakan bentuk refleksi
diri terhadap apa yang telah kita lakukan. Namun terkadang hal ini membuat kita
menjadi melankolis. Kadang kita meratapi hal buruk yang terjadi pada kita
dengan jangka waktu yang lama. Padahal Tuhan memberikan sistem refleksi diri
kepada manusia agar kita semua berpikir dan bertindak untuk membuat hidup kita
menjadi lebih baik, bukan malah terjebak dalam ratapan kegagalan.
Banyak orang yang baru merengkuh kesuksesannya
setelah gagal berkali-kali dalam hidupnya. Saat Thomas Alva Edison, seseorang
yang penemuannya membantu dunia untuk terus maju, dalam hidupnya pernah
ditanya, “How did it feel to fail 1000 times?” dan ia menjawab “I didn’t fail
1000 times. The light bulb was an invention with 1000 steps”. Michael Jordan,
seorang pemain basket fenomenal yang merupakan salah satu pebasket terbaik yang
pernah ada, ia seringkali gagal dalam hidupnya. Bahkan ia pernah diberhentikan
dari klub basketnya di masa sekolah menengah. “I’ve failed over and over and
over again in my life. That is why I succeed”. Dari sini kita dapat melihat,
bahwa kadang kegagalan memang dipersembahkan Tuhan bagi kita sebelum mencapai
kebahagiaan dalam hidup. Tuhan selalu memberikan kegagalan bagi setiap orang
yang hidup di dunia. Namun apa yang membedakan orang yang akhirnya bisa sukses
dengan yang tidak. Ya, cara pandang. Cara pandang dan reaksi terhadap kegagalan
lah yang membedakan apakah nantinya seseorang pada akhirnya bisa sukses atau
tidak.
Beberapa orang memang ditakdirkan untuk terlambat
bersinar dibandingkan yang lainnya. Namun terlambat bersinar bukan berarti
cahayanya tidak terang. Terlambat bukan berarti akan selamanya tertinggal dari
orang lain. Terlambat bagi orang yang menatap optimis masa depannya ialah waktu
untuk mengumpulkan segala hal baik dan tidak menyerah dalam menjalani hidupnya.
Bagi mereka yang gagal, Tuhan hanya sekedar menangguhkan waktu kita. Semuanya
akan indah pada waktu nya kan?
2 Comments
mantap
terima kasih ya Kak :")